Saturday, September 11, 2010

TRIASE MUSIBAH MASSAL



Setiap musibah massal selalu menampilkan bahaya dan kesulitan yang masing-masing. Perencanaan ini adalah petunjuk umum dalam mengelola musibah massal. Harus difahami bahwa mungkin diperlukan modifikasi oleh pemegang komando bila dianggap diperlukan perubahan.

Musibah massal adalah setiap keadaan dimana jumlah pasien sakit atau cedera melebihi  kemampuan Sistem Gawat darurat lokal, regional atau nasional yang tersedia dalam memberikan perawatan adekuat secara cepat dalam usaha meminimalkan cedera atau kematian. Musibah massal mungkin disebabkan oleh ulah manusia atau alam. Keberhasilan pengelolaan musibah massal memerlukan perencanaan sistem pelayanan gawat darurat lokal, regional dan nasional, pemadam kebakaran, petugas  hukum dan pertahanan sipil. Kesiapan rumah sakit serta kesiapan pelayanan spesialistik juga harus disertakan dalam mempersiapkan perencanaan musibah massal.

Proses pengelolaan bencana diatur dalam Sistem Komando Bencana. Kendali biasanya ditangan Satkorlak (dinas pemadam kebakaran bila dinegara lain umumnya), namun bisa juga pada penegak hukum seperti pada kasus kriminal atau penyanderaan. Kelompok lain bisa membantu pemegang kendali. Jaringan komunikasi yang jelas antar instansi harus sudah dimiliki untuk mendapatkan pengelolaan musibah massal yang berhasil.

Tingkat respons atas musibah massal dapat ditentukan dan akan menentukan petugas dan sarana apa yang diperlukan ditempat kejadian. Tingkat tsb. :

Respons Tingkat I : Musibah massal terbatas yang dapat dikelola oleh petugas  Sistim Gawat darurat dan penyelamat lokal tanpa memerlukan bantuan dari luar organisasi.

Respons Tingkat II : Musibah massal yang melebihi atau sangat membebani petugas Sistim Gawat darurat dan penyelamat lokal hingga membutuhkan pendukung sejenis serta koordinasi antar instansi. Khas dengan banyaknya jumlah korban.

Respons Tingkat III : Musibah massal yang melebihi kemampuan sumber Sistim Gawat darurat dan penyelamat baik lokal atau regional. Banyak pasien yang tersebar pada banyak lokasi sering terjadi. Diperlukan koordinasi luas antar instansi.


TRIASE.

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).

Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas korban adalah yang dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakan dijelaskan sebagai :

Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.

Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).

Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).

Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis).

Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 detik yang mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna tagging system yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.


PENILAIAN DITEMPAT DAN PRIORITAS TRIASE.

1.     1.     Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.
2.     2.     Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan bahaya, keamanan dan jumlah korban untuk menentukan tingkat respons yang memadai.
3.     3.     Beritahukan koordinator untuk mengumumkan musibah massal dan kebutuhan akan dukungan antar instansi sesuai yang ditentukan oleh beratnya kejadian.
4.     4.     Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia :
a.     a.      Petugas Komando Musibah.
b.     b.     Petugas Komunikasi.
c.      c.     Petugas Ekstrikasi/Bahaya.
d.     d.     Petugas Triase Primer.
e.      e.      Petugas Triase Sekunder.
f.       f.       Petugas Perawatan.
g.     g.     Petugas Angkut atau Transportasi.
5.     5.     Kenali dan tunjuk area sektor musibah massal :
a.     a.      Sektor Komando/Komunikasi Musibah.
b.     b.     Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga).
c.      c.     Sektor Musibah.
d.     d.     Sektor Ekstrikasi/Bahaya.
e.      e.      Sektor Triase.
f.       f.       Sektor Tindakan Primer.
g.     g.     Sektor Tindakan Sekunder.
h.     h.     Sektor Transportasi.
6.     6.     Rencana Pasca Kejadian Musibah massal :
a.     a.      Kritik Pasca Musibah.
b.     CISD (Critical Insident Stress Debriefing)

Friday, June 11, 2010

PioOnering



 Bidang Tali Temali
Dalam tali temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal ini sebenarnya berbeda sama sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya.

Macam simpul dan kegunaannya
1.         Simpul ujung tali
            Gunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas
2.         Simpul mati
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin
3.         Simpul anyam
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering
4.         Simpul anyam berganda
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan basah
5.         Simpul erat
            Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan
6.         Simpul kembar
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin
7.         Simpul kursi
            Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan
8.         Simpul penarik
            Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar
9.         Simpul laso

            Untuk gambar macam-macam simpul dapat dilihat di bawah ini
Image

Image 
  
Macam Ikatan dan Kegunaannya
            1.         Ikatan pangkal
                        Gunanya untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang, akan tetapi ikatan pangkal ini dapat juga
                        digunakan untuk memulai suatu ikatan.
            2.         Ikatan tiang
                        Gunanya untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa misalnya
                        untuk mengikat leher binatang supaya tidak tercekik.
            3.         Ikatan jangkar
                        Gunanya untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.
            4.         Ikatan tambat
                        Gunanya untuk menambatkan tali pada sesuatu tiang/kayu dengan erat, akan tetapi mudah untuk                                                     
                        melepaskannya kembali. Ikatan tambat ini juga dipergunakan untuk menyeret balik dan bahkan ada juga               
                        dipergunakan untuk memulai suatu ikatan.
            5.         Ikatan tarik
                        Gunanya untuk menambatkan tali pengikat binatang pada  suatu tiang, kemudian mudah untuk
                        membukanya kembali. Dapat juga untuk turun ke jurang atau pohon.
            6.         Ikatan turki
                        Gunanya untuk mengikat sapu lidi setangan leher
            7.         Ikatan palang
            8.         Ikatan canggah
            9.         Ikatan silang
            10.       Ikatan kaki tiga

Untuk gambar macam-macam ikatan dapat dilihat di bawah ini.
Image

Image






Thursday, May 20, 2010

Saka Pandu Wisata





Satuan Karya Pramuka disingkat Saka adalah wadah pendidikan Kepramukaan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan pengalaman para Pramuka dalam berbagai bidang kejuruan, serta meningkatkan motivasinya untuk melaksanakan kegiatan nyata dan produktif dan penghidupannya, serta bekal pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan Negara, sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan, dalam rangka peningkatan ketahanan nasional
Satuan Karya Pramuka Panduwisata yang selanjutnya disingkat Saka Panduwisata adalah satuan karya pramuka yang merupakan wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilamn praktis dibidang kepariwisataan guna menumbuhkan kesadaran untuk membaktikan dirinya dalam pembangunan nasional.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait dibidang tersebut
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
Maksud dan Tujuan
Maksud dibentuknya Saka Panduwisata adalah untuk memberikan suatu wadah kegiatan dan latihan dibidang kepariwisataan bagi anggota Gerakan Pramuka melalui kegiatan nyata dan praktis di bidang kepariwisataan yang berguna, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat bangsa dan Negara.
Tujuan dibentuknya Saka Panduwisata adalah agar anggotanya :
a- Memiliki rasa cinta terhadap kepariwisataan ;
b- Memiliki pengalaman, pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan dibidang kepariwisataan;
c. Memiliki sikap hidup yang tertib serta cara berpikir yang kreatif khsusnya untuk kepentingan kepariwisataan dan peka terhadap keadaan dan perubahan yang terjadi dilingkungan kepariwisataan ;
d. Mampu melaksanakan bakti kepada masyarakat di bidang kepariwisataan ;
e. Memiliki disiplin dan tanggung jawab terhadap kepariwisataan.

Keorganisasian.
  • a.Saka Panduwisata berkedudukan di Kwartir Cabang, dengan menggunakan sistem satuan terpisah dan dapat berpangkalan di Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
  • b.Saka Panduwisata dibina dan dikendalikan oleh Kwartir Cabang dibantu oleh Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Tingkat Cabang.
  • c.Saka Panduwisata beranggotakan sedikitnya 10 (sepuluh) orang dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) orang dan sedikit-dikitnya 2 (dua) krida tertentu, yang masing-masing beranggotakan 5 (lima) hingga 10 (sepuluh) orang.



d. Saka Panduwisata terdiri dari 4 krida yaitu :
1) Krida Bina Obyek Wisata, dengan materi :· Sadar Wisata.
· Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).
2) Krida Bina Pramuwisata, dengan materi:· Teknik Pemanduan.
· Penyusunan Paket Wisata.
· Karakteristik Wisatawan.
3) Krida Bina Sarana Wisata, dengan materi:· Akomodasi.
· Tata Boga.
4) Krida Bina Seni Budaya, dengan materi:
  • · Ragam Kesenian.
  • Ketrampilan Kesenian.
  • 1) Setiap Krida beranggotakan 5 sampai dengan 10 orang, sehingga dalam satu Saka Panduwisata dimungkinkan adanya beberapa Krida yang sama.
  • 2) Jika satu jenis Krida peminatnya lebih 10 orang, maka nama Krida itu diberi nama tambahan angka dibelakangnya misalnya Krida Bina Obyek Wisata 1, Krida Bina Obyek Wisata 2 dan seterusnya.
  • 3) Saka Panduwisata dapat diberi nama salah satu dari Obyek dan Daya Tarik Wisata.
  • 4) Saka Panduwisata Putra dibina oleh Pamong Saka Putra dan Saka Panduwisata Putri dibina oleh Pamong Saka Putri, serta masing-masing dibantu oleh beberapa Instruktur.
  • 5) Jumlah Pamong Saka di tiap-tiap Saka disesuaikan dengan keadaan, sedangkan jumlah Instruktur disesuaikan dengan kebutuhan lingkup kegiatannya.
  • 6) Pelaksana kegiatan Saka Panduwisata adalah Dewan Saka Panduwisata.
  • 7) Struktur Dewan Saka Panduwisata terdiri atas : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa orang anggota, yang dipilih dari para pemimpin Krida dan Wakil Pemimpin Krida.
  • 8) Masa bakti Dewan Saka Panduwisata adalah 2 (dua) tahun.
  • 9) Tiap Krida dipimpin oleh seorang Pemimpin Krida dibantu seorang Wakil Pemimpin Krida.


Tata Kerja :
  • a. Pembinaan dan pengendalian Saka Panduwisata dilakukan oleh Kwartir Cabang dan, atau Daerah, dalam hal ini Pimpinan Saka Panduwisata Tingkat Cabang dan, atau Daerah.
  • b. Pelaksanaan kegiatan keluar Saka Panduwisata dikoordinir oleh Dewan Kerja Penegak dan Pandega Tingkat Cabang.
  • c. Agar pengelolaan Saka Panduwisata dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan tepat guna, perlu diadakan pembagian tugas yang jelas tanpa mengurangi prinsip kegotong royongan.
  • d. Secara umum pembagian tugas didalam saka telah diuraikan dalam petunjuk penyelenggaraan Saka Pramuka namun pelaksanaannya harus disesuaikan dengan keadaan setempat. (Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 032 Tahun 1989 tanggal 4 Maret 1989)


Anggota.
Anggota Saka Panduwisata terdiri atas :
a. Peserta didik Pramuka Penegak dan Pandega.
Pramuka Penggalang yang berminat dibidang Kepariwisataan, dan memenuhi syarat khusus tertentu.
b. Anggota Dewasa,
1) Pamong Saka Panduwisata.
2) Instruktur Saka Panduwisata.
3) Pimpinan Saka Panduwisata.
Syarat Anggota :


a. Menyatakan keinginan untuk menjadi anggota Saka Panduwisata secara sukarela dan tertulis.


b. Bagi Pramuka Penegak dan Pandega diharapkan menyerahkan ijin tertulis dari Pembina gugus depan asalnya
c. Bagi Pamong Saka Panduwisata sedikitnya telah mengikuti Kursus Pembina Mahir Tingkat Dasar.
d. Bagi Instruktur Saka Panduwisata bersedia secara Sukarela memberikan pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan dibidang kepariwisataan kepada anggota Saka Panduwisata.
e. Sehat jasmani dan rokhani serta dengan sukarela sanggup mentaati segala ketentuan yang berlaku.


Kewajiban Anggota :
Peserta didik anggota Panduwisata berkewajiban :


a. Menjaga nama Gerakan Pramuka dan Sakanya.
b. Rajin mengikuti kegiatan Sakanya.
c. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi contoh baik bagi keluarga dan masyarakt dilingkungannya.
d. Menyebarluaskan pengetahuan dan ketrampilan dibidang kepariwisataan kepada anggota Gerakan Pramuka di gugusdepan-gugusdepan dalam rangka membantu memenuhi Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK).
e. Membayar iuran dan mentaati segala ketentuan dalam Sakanya.


Dewan Kehormatan Pembentukan, Susunan dan Tugas :


a. Dewan Kehormatan Saka Panduwisata hanya dibentuk pada waktu menghadapi peristiwa yang menyangkut nama baik Saka Panduwisata dan berkaitan dengan kode kehormatan Pramuka.


b. Dewan Kehormatan Saka Panduwisata dibentuk oleh Dewan Saka bersama dengan Pamong Saka yang bersangkutan.


c. Dewan Kehormatan Saka Panduwisata terdiri atas :
    1) Seorang Ketua yang dijabat oleh Peserta didik.
    2) Seorang Sekretaris yang dijabat oleh Peserta didik.
    3) Dua orang Anggota yang dijabat oleh Peserta didik.
    4) Seorang Penasehat yang dijabat oleh Pamong Saka.


d. Tugas Dewan Kehormatan Saka Panduwisata adalah :
        1) Mengambil keputusan melalui musyawarah untuk memberi penghargaan kepada anggota berjasa/ berbuat suatu kebijakan demi nama baik Saka/ Gerakan Pramuka.
          2) Memberi hukuman yang bersifat mendidik kepada anggota yang melanggar kode kehormatan Pramuka dan ketentuan lain yang berlaku dalam Saka Panduwisata

e.  e. Setelah Menyelesaikan tugasnya, Dewan Kehormatan Saka Panduwisata dibubarkan oleh Pamong Saka Panduwisata.


##Setelah Dibaca, silahkan di share ke temen2 yang lain, demi kemajuan pramuka indonesia##

Contributors